Pengaruh al-qur'an dan kegunnaanya dalam kehidupan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada hakikatnya
tingkah laku manusia itu sangat luas, semua yang dialami dan dilakukan manusia
merupakan tingkah laku. Bagi kita mahasiswa muslim amal ibadah juga menjadi
salah satu tingkah laku yang berguna bagi kestabilan jiwa. Dan kita
dapatkan itu jika k alita mempelajari ilmu
agama. Dari alasan di atas sangatlah penting kita untuk mempelajari ilmu
psikologi agama.
Salah satu sumber ketenangan
jiwa/psikis yang berkaitan dengan agama adalah membaca Al-qur’an. Tidak sedikit
orang mengatakan Al-qur’an memiliki ketenangan jiwa. Seorang ilmuwan non muslim
berkata “saya tidak pernah mendengar lagu seindah lagu yang di bawakan Muhammad
dalam 1400 tahun”. Ini membuktikan keindahan dan ketenangan Al-qur’an bisa
dirasakan oleh semua orang termasuk kaum non muslim.
1.2
Rumusan Masalah
Masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a.
Pengertian
persepsi
b.
Pengertian
Al-qur’an
c.
Persepsi
Al-qur’an dalam kehidupan bermasyarakat
d.
Pengaruh persepsi dalam kehidupan dan lain-lain.
1.3 Tujuan Penyusunan
Adanya penyusunan makalah ini bertujuan untuk:
a.
Mengetahui pengertian persepsi
b.
Mengetahui pengertian Al-qur’an
c.
Mengetahui
arti pentingnya persepsi dalam kehidupan
d.
Mengetahui kegunaan persepsi dalam kehidupan bermasyarakat, dan lain-lain
Semoga isi yang
tersusun dalam dalam makalah ini dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dan berguna bagi pembaca sekalian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori
tentang persepi
2.1.1
Teori
Gestalt
Teori ini di
kemukakan oleh Max Wertheimer pada tahun 1912.Kemudian
di kembangkan oleh Kurt Koffa dan Wolfgang Kohler. Mereka menyimpulkan bahwa
seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai
kesatuan yang utuh.Dalam teori Gestalt, hal yang perlu diperhatikan adalah konsep
tentang form, yaitu suatu elemen yang terstruktur dan tertutup dalam pandangan
visual seseorang. Esensi dari teori Gestalt adalah bahwa keseluruhan lebih
penting daripada bagian-bagiannya. Teori Gestalt menjelaskan bahwa persepsi
tidak berdasarkan pada respon yang terisolasi terhadap stimulus khusus, tetapi
lebih kepada reaksi terhadap stimulus total. Implikasi lain dari persepsi
adalah adanya reaksi aktif terhadap lingkungan. Manusia secara aktif akan
membuat struktur dan mengatur perasaan terhadap stimulus yang ada.
2.1.2
Teori
Transaksional
Teori
transaksional dalam psikoterapi diterapkan pertama kali oleh Eric Berne pada
tahun 1967.Analisis
transaksional merupakan psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam
terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok. Teori ini menjelaskan tentang
peranan pengalaman persepsi dan menekankan hubungan dinamis antara manusia dan
lingkungan. Persepsi merupakan transaksi di mana lingkungan dan pengamat saling bergantung satu dengan
yang lainnya.
2.2
Pengertian persepsi
Secara
etimologi persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dr sesuatu; serapan
atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya.
Menurut
Daviddof, persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang
diterima panca indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan
sehingga individu menyadari yang diinderanya itu .
Menurut Maramis
persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan serta perbedaan
yang terdapat pada obyek, melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan
setelah panca-inderanya men-dapat rangsang.
Menurut
Jalaludi Rahmat persepsi adalah pengalaman tentang objek atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan pesan secara singkat, dengan
kata lain persepsi adalah memberikan makan pada stimuli indrawi (sensor
stimuly).
Seperti dalam Q.S. Luqman ayat 20 yang Allah menyuruh Nabi untuk
memberitahu istri Nabi, Istri orang mukmin dan putri nabi juga Putri orang
mukmin untuk memanjangkan jilbabnya sebagai pengungkap identitas dan mengubah
persepsi orang-orang non muslim. Sehingga mereka memberi nilai baik bagi agama
islam.
Artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu
dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnyake
seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
2.3 Pengertian
alqur’an
Menurut imam
Lehyani al-Qur’an secara etimologiberasal dari kata “Qaraa” yang berarti
“bacaan” sedangkan menurut imam Asy‘ari kata al-Qur’an berasalal dari kata Qarana
yang bearti menggabungkan.Kata Al-Qur’an
adalah kitab suci umat islam yang berisi firman Allah yang di turunkan kepada
nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat jibril untuk dibaca, dipahami, dan
diamalakan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi manusia.pengertian seperti ini dikemukakan dalam Al-Qur’an sendiri yakni
dalam surat Al-Qiyamah, ayat 17-18:
Artinya;
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan)
bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami. (Karena itu), jika kami
telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”.
Adapun menurut terminologinya berbeda-beda. Seperti menurut Dr. Subhi Al
Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut: “Kalam
Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yang
disampaikan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah”
Adapun Muhammad
Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut: "Al-Qur'an
adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan
ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"
2.4 Arah
dan tujuan persepsi
2.4.1
Arah Persepsi
Arah dari persepsi adalah menjadikan persepsi (kesan) sebagai titik masuk
sekaligus sumber motivasi dan energi untuk meraih kondisi yang sesungguhnya.
2.4.2
TujuanPersepsi
Adapun tujuan dari persepsi adalah:
1. Proses yang bersifat otomatis dan berbeda dengan masing-masing
individu.
2. Mengubah penilaian dan kebiasaan seseorang terhadap objek persepsi
3. Menjadikan para siwa tidak
mudah terseret arus globalisasi
4. Menjadikan para muslimin tua maupun muda lebih erat menjalin tali
silaturahmi.
2.5 Arah
dan tujuan mempelajari alqur’an dalam kehidupan
2.5.1
Arah
mempelajari alqur’an dalam kehidupan
Arah mempelajari
Al-qur’an dalam kehidupan adalah agar manusia menuju hal-hal yang diridhoi
Allah. Dan menambah keimanan serta keislaman diri.
2.5.2
Tujuan
mempelajari alqur’an dalam kehidupan
Tujuan mempelajari alqur’an
dalam kehidupan terkandung dalam alqur’an surat Al-isra ayat 9, yang berbunyi:
Artinya:
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus
dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal
saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.
Adapun tujuan
dari mempelajari al-Qur’an dalam kehidupan adalah:
1.
Meluruskan aqidah dan berbagai
persepsi/kepercayaan
2.
Menetapkan kemuliaan manusia dan hak-haknya
3.
Mensucikan (Tazkiyah) Jiwa Manusia
4.
Menjadikan generasi muda gemar membaca dan
mengamalkan Al-qur’an dalam kehidupan
5.
Membentengi generasi muda islam dari
hal-halyang merugikan pribadinya dan orang lain
6.
Agar generasi muda islam patuh dan taat kepada
semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan Allah SWT.
7.
Membangun Umat yang menjadi Saksi atas
kehidupan manusia
8. Membentuk
kepribadian muslim yang seimbang
2.6 Persepsi alqur’an dalam kehidupan bermasyarakat
Akal manusia
terhadap persepsi sangatlah terbatas bahkan tidak luput dari kesalahan. Pada kondisi
tertentu manusia kadang mengalami hambatan untuk berpikir jernih sehingga ia
membutuhkan pembimbing untuk mengarahkan dan membimbing.
Maka dari itu perlulah al-Qur’an untuk melakukan hal itu (membimbing dan
mengarahkan). Selain itu al-Qur’an juga diperlukan
untuk:
1.
Menetapkan
suatu hukum dalam kehidupan meliputi: halal, haram, wajib, sunnah dan lain-lain,
2.
Sebagai
penawar segala penyakit (asy-syifa),
3.
Sebagai
petunjuk dalam memilih (al-hikmah), dan lain-lain.
Namun, di
tengah-tengah masyarakat sekarang ini Al-qur’an banyak di gunakan untuk jimat yang hanya di tempel atau ditaruh
disudut ruangan tertentu. Persepsi yang semacam ini yang harus di rubah. Karena
Al-qur’an akan menjadi hikmah jika dibaca dan diamalkan dalam kesehariaannya.
Bukan sebagai jimat pengusir setan atau yang lainnya.
2.7
Pengetahuan empirik dalam alqur’an
Dalam Al-qur’an Allah mengemukakan pengetahuan empirik yang harus ditelaah
manfaatnya dalam kehidupan. Seperti Allah berfirman tentang cara penciptaan
manusia, langit, bumi dan yang lainnya. Dan Allah membedakan manusia dengan
ciptaan yang lainnya hanya dengan menambahkan “akal” yang berguna untuk
berfikir dan pada akhirnya manusia akan bersyukur atas kelebihan tersebut.
Seperti dalam Q.S. As-sajdah Allah berfirman tentang keadaan manusia dalam
rahim:
Artinya:
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur. (Q.S. As-sajdah: 9).
Dalam
Alqur’an mencukupkan penyebutan indra pendengaran dan penglihatan sebagai salah
satu perangakat feeling. Hal ini adalah salah satu karakteristik uslub
Al Qur’an dengan menggunakan Ijaz Baligh (ringkas , padat dan tepat) dan
mencukupkan indikator fenomena umum. Al
Qur’an memang bukan “kitab pengetahuan” akan tetapi “kitab hidayah” bagi segenap manusia. Oleh karena itu, Al
Qur’an memuat indikator penglihatan dengan hanya menunjukan indra pendengaran
dan penglihatan.
Al
Qur’an menyebutkan indra pendengaran berbarengan dengan akal, berarti terdapat
keterkaitan antara indra pendengaran dengan akal. Allah berfirman dalam Q.S. Al
mulk ayat 10
Artinya:
Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan
(peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang
menyala-nyala."
Bila
kita mendengar suara yagn berasal dari depan kita secara langsung maka
gelombang suara akan sampai kedua telinga kita secara bersamaan, sebagaimana
efek kerasnya suara yang diterima kedua gendang telinga. Berbeda bila kita
melihat sesuatu yang ada di depan kita, hasila gambar yang terlihat oleh mata
sebelah kanan akan berbeda dengan hasil gambar yang dilihat oleh mata sebelah
kiri. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sisi penglihatan, mata sebelah kanan memandang dari sebelah
kanan, mata sebelah kiri memandang dari sebelah kiri
2.8
Persepsi diluar batas indrawi manusia
Para ahli ilmu
jiwa menamakan persepsi dilluar batas indrawi (extrasensory perception).
Bentuk ini diantaranya seperti: melihat sesuatu atau kejadian yang jauh diluar
batas indra penglihatan, mengetahui bahaya atau jalan pikiran seseorang dan
mendengar panggilan atau percakapan dari tempat yang sangat jauh
Persepsi diluar batas indrawi hanya dimiliki oleh orang-orang
tertentu. Al qur’an memeberikan beberapa contoh diantaranya:
Artinya : Dan
(sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka):
"Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda
(mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk
burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin
Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang
berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan
aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku)
bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.
Ayat di atas
menceritakan salah satu mu’jizat Nabi Isa as yaitu mengetahui sesuatu yang
mereka makan dan yang mereka sembunyaikan.
Kasyaf adalah sebutan yang di kemukakan oleh para ahli sufi untuk
persepsi diluar batas indrawi.Nabi SAW pun dikisahkan memilki kelebihan ini. Dikatakan dalam sebuah hadits bahwa: Nabi SAW berjalan
bersama sahabat kemudian mereka melewati sebuah makam di Baqi Gharqad,
kebetulan saat itu ada yang baru dimakamkan. Beliau SAW tiba-tiba berhenti
didekat makam tersebut dadn bertanya “siapa yang kalian makamkan disini?”
para sahabat menjawab “fulan dan fulan.” mereka bertanya “ya Nabi sebenarnya
ada apa?” Beliau SAW menjawab “salah satu (mayit) diantara dua (mayit) ini
(ketika masih hidup) tidak bersih dari buang air kecil, sedangkan yang satunya
lagi sering memfitnah”.
Beliau kemudian
mengambil pelepah basah dan di belah menjadi dua, lalu dipasang di atas kedua
makam tersebut. Mereka pun bertanya “ya Nabi SAW kenapa engkau melakukannya?”
Beliau menjawab, “untuk meringankan beban mereka berdua” Mereka bertanya
lagi, “ya Nabi sampai kapan mereka di siksa?” Beliau menjawab, “Itu adalah
perkara gaib, hanya Allah yang
mengetahuinya. Andaikan kalian tidak menodai hati kalian maka kalian
akan mendengar (siksaan) seperti yang aku dengar”.Mengisyaratkan
sesuatu yang hanya bisa didengar oleh beliau SAW. Selain itu juga mengisyaratkan
kemungkinan mempunyai persepsi diluar batas indrawi (indra keenam) bagi
seseorang yang hatinya berseih dari kesibukan dunia dan hal-hal yang tidak
bermanfaat.
2.9
Dampak beberapa motivasi dan menilai bagi perkembangan persepsi
Motivasi dan nilai yang dimiliki oleh setiap orang sangat
berpengaruh pada kepekaan persepsi seperti yang diisyaratkan oleh beberapa
riset modern. Al Qur’an telah menunjukan kebenaran ini pada beberapa ayatnya,
yaitu ketika menyebutkan pengeruh iman bagi orang mukmin saat sedang dalam
kondisi siap mendengarkan beberapa ayat Al Qur’an , mereka dapat memahami
ayat-ayat tersebut secara baik dan mendalam.Berbeda dengan orang musyrik mereka tidak dapat memahaminya karena mereka
berada dalam kondisi lalai dari mendengarkan, mengetahui dan memehami. Allah
berfirman
Artinya: Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan
ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (QS
Muhammad:23)
Artinya: Dan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam
gelap gulita. Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya
disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya
petunjuk), niscaya Dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus. (QS Al
an’am: 39).
Dari uraian
tadi memberi makna bahwa dampak motivasi dalam kehidupan dan nilai bagi
perkembangan persepsi adalah:
1.
Dampak positif
Mereka yang memiliki hasil positif dalm
persepsinya, mereka cenderung akan selalu bersemangat, mengalami kemajuan dan
melakukan hal-hal yang baik bagi dirinya dan orang lain. Maka mereka yang
berhasil mengambil sisi positif dalam persepsi harus senantiasa mempertahankan
persepsi yang benar itu kemudian memberikan pengerahan kepada mereka-mereka
yang masih berpersepsi negatif
2.
Dampak negatif
Mereka yang memiliki hasil negatif dalam
persepsinya, mereka akan cenderung cepat putus asa, mengalami kemunduran, dan
melakukan hal-hal yang berakibat buruk bagi dirinya dan orang lain.Maka mereka
yang mengambil sisi negatif dalam persepsi harus merubahnya dan hendaklah untuk
tidak mempengaruhi orang lain.
2.10
Pengaruh persepsi dalam
kehidupan dan penanggulangannya
Persepsi dipengaruhi oleh pengalaman,
pengetahuan atau informasi, dan perasaan. Misalnya jika anda memberikan
persepsi menyenangkan terhadap seseorang, maka hal tersebut bisa bersumber dari
pengalaman bergaul, informasi dari mulut ke mulut mengenai orang itu, serta
perasaan yang muncul seketika.
Persepsi itu muncul setiap saat, apapun yang
terdeteksi oleh panca indra selalu dipersepsikan. Untuk memperoleh akurasi
persepsi maka langkah yang terbaik ialah melihat dunia dan kehidupan melalui
‘kaca mata Sang Pencipta’. Allah SWT, Tuhan pencipta alam semesta sudah
memberikan ‘panduan berpersepsi’ bagi manusia, yaitu berupa kumpulan ayat-ayat
dalam kitab suci Al Quran. Coba melakukan persepsi dengan referensi software
yang diterbitkan Allah SWT tersebut, niscaya kehidupan akan dijalani dengan
tingkat akurasi dan prestasi yang tinggi. Selain Al Quran, ada juga As sunah
atau Hadits Nabi berupa panduan pelengkap dari Al Quran.
Pengaruh persepsi dalam kehidupan serta
penanggulangannya ialah:
1.
Persepsi yang akurat
Jika persepsi yang dilakukan itu akurat, dapat
mengurangi penderitaan yang Selalu terjadi, baik didunia apalagi dialam
akhirat.
2.
Persepsi yang rendah
Jika persepsi yang dilakukan itu rendah, maka
penderitaan demi penderitaan akan selalu terjadi, baik di dunia ini apalagi di
alam akhirat.
Itulah kehidupan yang sesungguhnya, yang sesuai
dengan panduan Sang Pencipta dan Pemberi Hidup.
BAB III
PENUTUP
4.1 Rangkuman
Secara
etimologi persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan
atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya.
Menurut bahasa,
“Qur’an” berarti “bacaan”, Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda
(masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca.
4.2 Kesimpulan
Persepsi
ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif. Kegiatan ini termasuk sistem
komunikasi intra pribadi. Yang berkaitan dengan sensasi (panca indra), mengolah
(persepsi), menyimpan (memory), retell dan melakukan (ekspresi).
Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama penyusun pribadi. Mohon maaf apabila
dalam penyusunan ini terdapat kesalahan. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an
http://id.wikipedia.org/wiki/Gestalt;
2012
http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1837978-definisi-persepsi/
http://www.pengertiandefinisi.com/2012/01/pengertian-persepsi.html
http://www.ydsf.org/v2b/maksud-dan-tujuan-alquran-dalam-keMeluruskan
aqidah dan berbagai persepsi/kepercayaan
At-Targhib wa At-Targhib “An Abi
Umamah hadits no. 262
Rafy
Sapari M.Si; Psikologi islam “tuntunan jiwa manusia modern”; Jakarta;Rajawali
pers
Departemen pendidikan nasional; Kamus
besar bahasa indonesia pusat bahasa (edisi keempat); Gramedia Pustaka Utama;
Jakarta; 2008
Sobur
Alex Drs.,M.Si; Psikologi umum; CV Pustaka setia; Bandung; 2003
H.M.Yusran
Asmuni Drs.; Dirasah islam 1 pengantar studi al-Qur’an,al-Hadits,fiqh sosial
dan pranata sosial;PT raja Grafindo Persada;Jakarta;2001
Irkham
Agus M.;24 cara mendongkrak IPK;Yogyakarta;Pro you;2010
Prof.
K.H.M. Thohir Abd. Mu’in;Ilmu kalam;Jalarta;Widjaya;1975
Musbikin
Imam;Rahasia Shalat bagi penyembuhan fisik dan psikis; Yogyakarta; Mitra
Pustaka; 2003